SOCIAL MEDIA

Sudahkah Merasa Cukup?

Wednesday, April 22, 2020

Sebenarnya agak bingung ingin memberikan judul untuk tulisan ini. Sudahkah merasa cukup? Sebagai manusia, pasti sering sekali kita merasa tidak cukup. Selalu melihat keatas, bahkan selalu merasa kekurangan.
Tahun 2017, ketika saya memulai merantau ke Jakarta, tinggal sendirian sebagai anak kos. Saya mulai menerapkan hidup minimalis. Saya memulainya dari pakaian. Membawa pakaian ke rantau seadanya dan merasa cukup. Pernah waktu ikut call center training, kami disuruh menggunakan baju batik di satu hari setiap minggunya. Lalu saya hanya membeli satu baju batik, dan memakainya setiap minggu di hari baju batik. Lalu salah seorang teman training celetuk "batik lu ini-ini mulu Ci, emang nggak ada yang lain". Sebelum saya menjawab, ada teman lain yang bantu jawab dengan candaan. Anehnya, saya sama sekali tidak tersinggung dengan pernyataan teman saya. Karena kenyataannya memang hanya punya satu baju batik, and I'm okay. Bahkan bangga, karena tak perlu repot-repot mikir "hari ini pakai baju batik yang mana ya".

*
Cerita tentang saya merasa cukup dengan iphone 6S.

Tahun lalu saya selalu ingin punya ipad pro karena ingin sekali menggambar dari aplikasi procreate yang hanya ada di ipad pro. Tapi tidak diizinkan suami, karena buang-buang uang saja. Juga kata teman-temannya yang anak design grafis lebih bagus wacom dan photoshop untuk menggambar. Setelah dipikir-pikir lagi, benar juga ya. Untuk apa beli ipad pro, saya ingin menggambar untuk apa? Senang-senang saja atau untuk dijadikan bisnis? Toh photoshop juga bisa, hanya perlu belajar lagi. Pertanyaan dan pernyataan seperti itu terlintas dipikiran saya. Konsep hidup minimalis kembali terpikirkan. Beli sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Akhirnya saya melupakan ipad pro, tidak pernah lagi mencari tahu harga atau lihat review tentang ipad pro. Kemudian saya menemukan ada aplikasi yang sama persis dan ini versi pocketnya yang bisa digunakan di iphone. Ternyata iphone 6 saya waktu itu tidak mendukung untuk aplikasi itu. 

Singkat cerita, suami beli iphone 6S yang sebenarnya untuk dia (kebutuhan kerjaan). Malah dikasih ke saya (tukeran dengan iphone 6 saya) karena saya ingin sekali purchase aplikasi procreate pocket. Lalu beli stylusnya di Tokopedia. Dan saya bisa menggambar digital. Tentu saya senang sekali. Itu lebih dari cukup. Menurut saya toolsnya sama dengan yang ada di procreate ipad pro. Hanya saja ini layarnya lebih kecil. Tapi kalau tidak mempermasalahkan hal tersebut, it's okay. Kalau saya menghabiskan lebih banyak uang untuk beli ipad pro, pensilnya, aplikasinya. Mungkin perasaannya akan ada sedikit menyesal, karena begitu banyak uang yang dikeluarkan, yang sebenarnya saya tidak mampu. Sekarang saya tidak iri lagi melihat illustrator yang menggambar dengan ipad pro. Karena saya tahu, procreate pocket di iphone 6S saya sudah cukup.

Saya tidak menyangka konsep hidup minimalis ini bisa begitu melekat dengan saya. Karena untuk saat ini saya sudah merasa cukup dengan iphone 6S saya. Kameranya yang masih bagus, kondisinya yang masih mulus, bahkan sudah ada procreate pocket dan stylus untuk saya belajar gambar. Ini sudah lebih dari cukup. Saya tidak perlu menciptakan rasa cemburu yang saya tahu bahwa saya belum mampu untuk membeli kemewahan.

*
Kata Kak Diana Rikasari, tanya pada dirimu sendiri "What do you want?". Setelah mendengar perkataan itu, saya langsung merefleksikannya pada diri sendiri. "Suci, what do you want?". Saya sudah menjawabnya di jurnal saya. Intinya, saya ingin tetap minimalis dan merasa cukup. Tidak perlu memaksakan kemewahan gaya hidup yang belum mampu saya beli.


SR

No comments :

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...