SOCIAL MEDIA

Sudah pernah dengar atau baca kisah Sir Edmund Hillary si penakluk puncak gunung Everest dan Tenzing Norgay si pemandunya belum? Saya baru dengar kisahnya beberapa hari yang lalu dari seorang pemateri training.

Sir Edmund Hillary adalah seseorang yang bermimpi ingin menjadi orang pertama yang akan menginjakkan kakinya di puncak Gunung Everest. Dia ingin mewujudkan mimpinya dan mengajak Tenzing Norgay yang tinggal di dekat Gunung Everest untuk menjadi pemandunya. Akhirnya Sir Edmund Hillary bisa mencapai puncak Gunung Everest dan menancapkan bendera kebangsaannya disana. Setelah mereka turun, banyak wartawan yang menanti mereka, sebagian besar wartawan terfokus pada Sir Edmund Hillary, dan ada satu wartawan yang bertanya pada Tenzing Norgay "Mengapa bukan anda yang disebut sebagai orang pertama? Karena tentunya sebagai pemandu anda pasti berjalan di depan". Tenzing Norgay menjawab "Sebelum beberapa langkah menuju puncak Gunung Everest, saya mempersilahkan Edmund Hillary untuk jalan di depan. Karena itu adalah impian Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya".

Lalu yang bisa diambil dari kisah ini apa?

Bahwa untuk bisa menggapai suatu impian, pasti kita membutuhkan dukungan dari orang lain. Seperti Tenzing Norgay yang berarti orang yang ada dibalik kesuksesan orang lain. Setiap kita (manusia), sederhananya saja pasti sudah menjadi Tenzing Norgaynya orang tua kita.

Ketika sudah dewasa, sudah bisa bermimpi, lalu siapakah yang menjadi Tenzing Norgay kita? Orang tua, teman, sahabat, atau kekasih? Ingatlah, bahwa selalu ada dukungan dari orang disekitar kita mengapa kita harus tetap berjuang.


-uciramda-

Tenzing Norgay

Saturday, April 15, 2017

Sudah pernah dengar atau baca kisah Sir Edmund Hillary si penakluk puncak gunung Everest dan Tenzing Norgay si pemandunya belum? Saya baru dengar kisahnya beberapa hari yang lalu dari seorang pemateri training.

Sir Edmund Hillary adalah seseorang yang bermimpi ingin menjadi orang pertama yang akan menginjakkan kakinya di puncak Gunung Everest. Dia ingin mewujudkan mimpinya dan mengajak Tenzing Norgay yang tinggal di dekat Gunung Everest untuk menjadi pemandunya. Akhirnya Sir Edmund Hillary bisa mencapai puncak Gunung Everest dan menancapkan bendera kebangsaannya disana. Setelah mereka turun, banyak wartawan yang menanti mereka, sebagian besar wartawan terfokus pada Sir Edmund Hillary, dan ada satu wartawan yang bertanya pada Tenzing Norgay "Mengapa bukan anda yang disebut sebagai orang pertama? Karena tentunya sebagai pemandu anda pasti berjalan di depan". Tenzing Norgay menjawab "Sebelum beberapa langkah menuju puncak Gunung Everest, saya mempersilahkan Edmund Hillary untuk jalan di depan. Karena itu adalah impian Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya".

Lalu yang bisa diambil dari kisah ini apa?

Bahwa untuk bisa menggapai suatu impian, pasti kita membutuhkan dukungan dari orang lain. Seperti Tenzing Norgay yang berarti orang yang ada dibalik kesuksesan orang lain. Setiap kita (manusia), sederhananya saja pasti sudah menjadi Tenzing Norgaynya orang tua kita.

Ketika sudah dewasa, sudah bisa bermimpi, lalu siapakah yang menjadi Tenzing Norgay kita? Orang tua, teman, sahabat, atau kekasih? Ingatlah, bahwa selalu ada dukungan dari orang disekitar kita mengapa kita harus tetap berjuang.


-uciramda-

Kota Tua Jakarta sepertinya menjadi salah satu wisata wajib untuk dikunjungi. Kota Tua yang menyimpan banyak sejarah Jakarta ini padat dikunjungi wisatawan pada saat akhir pekan. Akhir tahun lalu saja saya sampai tiga kali mengunjungi Kota Tua di waktu yang hampir berdekatan. Pertama, saat saya sangat ingin kesana dan Imel bersedia untuk menemani. Kedua, Memeh juga ingin kesana (maklum sama-sama anak rantau), jadi saya temani dia. Ketiga, ketika Cece berlibur ke Jakarta, dia juga penasaran bagaimana Kota Tua itu, jadi saya temani juga. Tidak masalah untuk saya berulang-ulang ke Kota Tua Jakarta karena tidak menguras kantong saya. Saya bisa berwisata sambil mengenal sejarah, foto ala ala selebgram, dan tidak menghabiskan banyak uang.

Kota Tua Jakarta di kelilingi oleh berbagai museum. Mulai dari Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Fatahillah, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik. Juga ada beberapa cafe yang bisa kita kunjungi dan sangat instagramable. Saat di Kota Tua, saya mengunjungi dua museum dan dua cafe. Kali ini saya akan share saat mengunjungi museum di Kota Tua Jakarta.

Museum Fatahillah
Museum Fatahillah sepertinya menjadi landmarknya Kota Tua Jakarta. Karena ketika wisatawan berkunjung, berfoto dengan latar Museum Fatahillah merupakan satu keharusan. Mungkin agar tidak dibilang hoax sudah ke Kota Tua Jakarta, jadi foto dulu di depan gedung ini. Tiket masuk ke Museum Fatahillah Rp 5.000,- per orang. Objek yang akan kita temui disini diantaranya sejarah Jakarta, replika peninggalan sejarah, dan mebel antik.


Di belakang gedung museum, ada taman yang juga tak kalah instagramable. Dan ruang bawah tanah yang konon katanya dulu sebagai penjara. Saya tidak masuk waktu itu, serem sih ya.


Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum kedua yang saya kunjungi adalah Museum Seni Rupa dan Keramik. Saya lupa berapa harga tiket masuk untuk masuk museum ini. Lebih kurang seharga tiket masuk ke Museum Fatahillah. Disini kita akan melihat berbagai macam lukisan dan keramik. Jika kamu suka memoto suatu objek, atau suka melihat lukisan dan keramik, atau iseng ingin melihat-lihat, atau seperti saya yang suka melihat lukisan dan tidak faham arti lukisan itu sendiri, disarankan untuk masuk ke museum ini.



Bagaimana? Menarik bukan? Selain bisa menambah koleksi foto instagrammu. Kamu juga bisa dapat ilmu saat berkunjung ke museum. Pastinya juga hemat, kamu tidak akan menghabiskan banyak uang saat ke Kota Tua Jakarta. Selamat berwisata hemat yaa.


-uciramda-

Wisata Hemat ke Kota Tua Jakarta

Thursday, April 6, 2017

Kota Tua Jakarta sepertinya menjadi salah satu wisata wajib untuk dikunjungi. Kota Tua yang menyimpan banyak sejarah Jakarta ini padat dikunjungi wisatawan pada saat akhir pekan. Akhir tahun lalu saja saya sampai tiga kali mengunjungi Kota Tua di waktu yang hampir berdekatan. Pertama, saat saya sangat ingin kesana dan Imel bersedia untuk menemani. Kedua, Memeh juga ingin kesana (maklum sama-sama anak rantau), jadi saya temani dia. Ketiga, ketika Cece berlibur ke Jakarta, dia juga penasaran bagaimana Kota Tua itu, jadi saya temani juga. Tidak masalah untuk saya berulang-ulang ke Kota Tua Jakarta karena tidak menguras kantong saya. Saya bisa berwisata sambil mengenal sejarah, foto ala ala selebgram, dan tidak menghabiskan banyak uang.

Kota Tua Jakarta di kelilingi oleh berbagai museum. Mulai dari Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Fatahillah, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik. Juga ada beberapa cafe yang bisa kita kunjungi dan sangat instagramable. Saat di Kota Tua, saya mengunjungi dua museum dan dua cafe. Kali ini saya akan share saat mengunjungi museum di Kota Tua Jakarta.

Museum Fatahillah
Museum Fatahillah sepertinya menjadi landmarknya Kota Tua Jakarta. Karena ketika wisatawan berkunjung, berfoto dengan latar Museum Fatahillah merupakan satu keharusan. Mungkin agar tidak dibilang hoax sudah ke Kota Tua Jakarta, jadi foto dulu di depan gedung ini. Tiket masuk ke Museum Fatahillah Rp 5.000,- per orang. Objek yang akan kita temui disini diantaranya sejarah Jakarta, replika peninggalan sejarah, dan mebel antik.


Di belakang gedung museum, ada taman yang juga tak kalah instagramable. Dan ruang bawah tanah yang konon katanya dulu sebagai penjara. Saya tidak masuk waktu itu, serem sih ya.


Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum kedua yang saya kunjungi adalah Museum Seni Rupa dan Keramik. Saya lupa berapa harga tiket masuk untuk masuk museum ini. Lebih kurang seharga tiket masuk ke Museum Fatahillah. Disini kita akan melihat berbagai macam lukisan dan keramik. Jika kamu suka memoto suatu objek, atau suka melihat lukisan dan keramik, atau iseng ingin melihat-lihat, atau seperti saya yang suka melihat lukisan dan tidak faham arti lukisan itu sendiri, disarankan untuk masuk ke museum ini.



Bagaimana? Menarik bukan? Selain bisa menambah koleksi foto instagrammu. Kamu juga bisa dapat ilmu saat berkunjung ke museum. Pastinya juga hemat, kamu tidak akan menghabiskan banyak uang saat ke Kota Tua Jakarta. Selamat berwisata hemat yaa.


-uciramda-
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...