SOCIAL MEDIA

Sejak Pemerintah mengumumkan untuk social distancing atau self isolation, saya dan suami mengikuti kebijakan itu dengan tetap #dirumahaja. Berharap tidak tertular, atau menjadi carrier untuk orang lain, ya kita tidak tau kan, karena banyak yang positif tanpa mengalami gejala, pokoknya #dirumahaja.

Awalnya saya tidak apa-apa, karena memang saya adalah stay at home wife, suami pun freelancer, jadi memang lebih sering di rumah, jadi sepertinya #dirumahaja itu tidak akan terasa berat untuk saya, apalagi saya introvert, rumah adalah tempat ternyaman.

Minggu pertama, masih seperti biasa, saya masih ke tukang sayur langganan dan ke pasar komplek rumah membeli bahan makanan untuk beberapa hari ke depan. Masih nafsu makan, masih bisa tidur (tapi sebelumnya jam tidur saya dan suami memang agak kemalaman ya, jam 11 atau 12 malam bahkan lewat jam 12 kami baru tertidur). Tapi saya masih bisa bangun pagi, membuang sampah, menyiapkan sarapan, membuat empon-empon, jam 11/12 nya masak, makan siang, bersih bersih, yaa seperti kehidupan saya sebelum Covid-19 datang. Bahkan ada kegiatan tambahan, kami workout bersama di rumah selama 10-15 menit.

Saya masih bisa melanjutkan cita-cita saya, seperti belajar menggambar digital, mendekor rumah, memilah sampah, mengompos, membeli tanaman baru, tentu saja saya masih happy dan mood. Di minggu pertama juga, saya masih terasa baik-baik saja, saya masih bisa tertawa nonton Running Man, masih mood nonton film, saya sudah nonton The Flu (youtube), Silenced (viu), Kim Ji-Young Born 1982 (viu), dan A Taxi Driver (viu). Bahkan sudah punya beberapa list film korea lainnya yang akan saya tonton selanjutnya.

Tiba-tiba memasuki minggu kedua #dirumahaja, saya merasa tidak semangat, seperti kehilangan arah, bosan. Yang sangat parah, jam tidur kami makin kacau, saya dan suami jadi insomnia akut. Berhari-hari kami tidak bisa tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Tapi otak saya seperti terus berfikir, entah apa yang saya fikirkan. Bangun jadi kesiangan, tidak ada lagi membuat empon-empon di pagi hari (jadi pindah ke sore, bahkan malam hari), workout pun juga tidak ada. Saya juga makin takut ke pasar, bahan makanan sudah habis, mengandalkan go-food, kadang jadi tidak nafsu makan.

Tidak nafsu menggambar digital, tidak nafsu melanjutkan nonton marathon dari list film saya. Yang membantu mood saya terjaga untuk bisa tetap melakukan aktifitas rumah tangga ya dengar lagu favorit. Tapi itu tidak membuat saya merasa saya sudah baik-baik saja. 

Lalu saya bertanya pada diri sendiri, apa yang membedakan #dirumahaja waktu sebelum pandemi Covid-19 dan sekarang?

Saya baru sadar, kegiatan saya berbelanja ke pasar yang hampir setiap hari itu bisa membangun mood saya seharian. Walaupun saya introvert, saya butuh menghirup udara luar rumah di pagi hari untuk melakukan semua aktifitas rumah tangga. Memikirkan akan belanja apa setiap pagi, melihat keramaian dan interaksi jual beli di pasar, ternyata itu membangun mood saya untuk semua aktifitas hari-hari saya. Lalu sekarang, ke pasar menjadi takut dan dibatasi, bahkan disarankan belanja online saja.

Biasanya kami punya tempat pelarian ketika saya dan suami sudah jenuh di rumah seharian, Bxchange Mall. Kadang hanya untuk mencari makan malam, atau sekedar untuk membeli madu di Farmers Market, atau membeli Sour Sally, atau memesan wedang ronde di Imperial Dimsum Kitchen, atau sekedar window shopping. Kami selalu mencari udara luar rumah malam hari untuk melepas kepenatan siang hari di rumah. Tapi sekarang, kami harus tetap di rumah walau sudah sangat bosan rasanya.

Lalu saya bertanya pada diri sendiri, apa yang membuat saya resah akhir-akhir ini?

Saya sedih sekali, kemungkinan besar @singanddo.co tidak akan menjual hampers lebaran tahun ini, padahal saya sudah merencanakannya dari tahun lalu. Saya sedih sekali, @lucude belum bisa mengeluarkan produk baru dalam waktu dekat. Tentu saja kesedihan ini bukan saya saja yang merasakan, semua orang yang punya usaha, pekerja, ojek online, pedagang, semuanya pasti terpukul. Ternyata memang manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan.

Saya khawatir sekali, orang tua saya di Padang, Abang saya dan istrinya di Padang, Cece saya dan suaminya di Jakarta, Uda saya dan istrinya di Lampung, mereka juga hanya berdua saja di rumah. Saya khawatir sekali, Covid-19 sangat berbahaya untuk orang tua, saya khawatir sekali, semoga orang tua saya, mertua saya, seluruh orang tua di dunia ini baik-baik saja.

Saya sedih sekali, melihat banyaknya tenaga medis yang gugur karena kurangnya APD saat merawat pasien Covid-19.

Saya sedih sekali, setiap hari semakin bertambah korban Covid-19 di Indonesia yang meninggal.

Saya sedih sekali, mendengar orang-orang yang saya kenal tiba-tiba meninggal.

Saya sedih sekali, membaca dan melihat proses pemakaman korban Covid-19.

Saya khawatir sekali, Ramadhan dan Idul Fitri masih dipenuhi kekhawatiran pandemi ini.

Saya khawatir sekali, tiba-tiba saya atau suami saya tidak terbangun lagi setelah tidur.

Begitu banyak kekhawatiran dan kesedihan yang ternyata tidak saya sadari sebelum mengetik tulisan ini. Tiba-tiba saya menangis setelah mengetik ini, sesak di dada saya sedikit berkurang. Saya berharap, setelah menuangkan beban fikiran ini, bisa kembali memperbaiki jam tidur saya, juga mood saya.

Semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita semua bisa bepergian keluar rumah tanpa ada rasa khawatir lagi. Aamiin.


-SR-

Insomnia

Sunday, March 29, 2020

Sejak Pemerintah mengumumkan untuk social distancing atau self isolation, saya dan suami mengikuti kebijakan itu dengan tetap #dirumahaja. Berharap tidak tertular, atau menjadi carrier untuk orang lain, ya kita tidak tau kan, karena banyak yang positif tanpa mengalami gejala, pokoknya #dirumahaja.

Awalnya saya tidak apa-apa, karena memang saya adalah stay at home wife, suami pun freelancer, jadi memang lebih sering di rumah, jadi sepertinya #dirumahaja itu tidak akan terasa berat untuk saya, apalagi saya introvert, rumah adalah tempat ternyaman.

Minggu pertama, masih seperti biasa, saya masih ke tukang sayur langganan dan ke pasar komplek rumah membeli bahan makanan untuk beberapa hari ke depan. Masih nafsu makan, masih bisa tidur (tapi sebelumnya jam tidur saya dan suami memang agak kemalaman ya, jam 11 atau 12 malam bahkan lewat jam 12 kami baru tertidur). Tapi saya masih bisa bangun pagi, membuang sampah, menyiapkan sarapan, membuat empon-empon, jam 11/12 nya masak, makan siang, bersih bersih, yaa seperti kehidupan saya sebelum Covid-19 datang. Bahkan ada kegiatan tambahan, kami workout bersama di rumah selama 10-15 menit.

Saya masih bisa melanjutkan cita-cita saya, seperti belajar menggambar digital, mendekor rumah, memilah sampah, mengompos, membeli tanaman baru, tentu saja saya masih happy dan mood. Di minggu pertama juga, saya masih terasa baik-baik saja, saya masih bisa tertawa nonton Running Man, masih mood nonton film, saya sudah nonton The Flu (youtube), Silenced (viu), Kim Ji-Young Born 1982 (viu), dan A Taxi Driver (viu). Bahkan sudah punya beberapa list film korea lainnya yang akan saya tonton selanjutnya.

Tiba-tiba memasuki minggu kedua #dirumahaja, saya merasa tidak semangat, seperti kehilangan arah, bosan. Yang sangat parah, jam tidur kami makin kacau, saya dan suami jadi insomnia akut. Berhari-hari kami tidak bisa tidur, padahal jam sudah menunjukkan pukul 02.30 pagi. Tapi otak saya seperti terus berfikir, entah apa yang saya fikirkan. Bangun jadi kesiangan, tidak ada lagi membuat empon-empon di pagi hari (jadi pindah ke sore, bahkan malam hari), workout pun juga tidak ada. Saya juga makin takut ke pasar, bahan makanan sudah habis, mengandalkan go-food, kadang jadi tidak nafsu makan.

Tidak nafsu menggambar digital, tidak nafsu melanjutkan nonton marathon dari list film saya. Yang membantu mood saya terjaga untuk bisa tetap melakukan aktifitas rumah tangga ya dengar lagu favorit. Tapi itu tidak membuat saya merasa saya sudah baik-baik saja. 

Lalu saya bertanya pada diri sendiri, apa yang membedakan #dirumahaja waktu sebelum pandemi Covid-19 dan sekarang?

Saya baru sadar, kegiatan saya berbelanja ke pasar yang hampir setiap hari itu bisa membangun mood saya seharian. Walaupun saya introvert, saya butuh menghirup udara luar rumah di pagi hari untuk melakukan semua aktifitas rumah tangga. Memikirkan akan belanja apa setiap pagi, melihat keramaian dan interaksi jual beli di pasar, ternyata itu membangun mood saya untuk semua aktifitas hari-hari saya. Lalu sekarang, ke pasar menjadi takut dan dibatasi, bahkan disarankan belanja online saja.

Biasanya kami punya tempat pelarian ketika saya dan suami sudah jenuh di rumah seharian, Bxchange Mall. Kadang hanya untuk mencari makan malam, atau sekedar untuk membeli madu di Farmers Market, atau membeli Sour Sally, atau memesan wedang ronde di Imperial Dimsum Kitchen, atau sekedar window shopping. Kami selalu mencari udara luar rumah malam hari untuk melepas kepenatan siang hari di rumah. Tapi sekarang, kami harus tetap di rumah walau sudah sangat bosan rasanya.

Lalu saya bertanya pada diri sendiri, apa yang membuat saya resah akhir-akhir ini?

Saya sedih sekali, kemungkinan besar @singanddo.co tidak akan menjual hampers lebaran tahun ini, padahal saya sudah merencanakannya dari tahun lalu. Saya sedih sekali, @lucude belum bisa mengeluarkan produk baru dalam waktu dekat. Tentu saja kesedihan ini bukan saya saja yang merasakan, semua orang yang punya usaha, pekerja, ojek online, pedagang, semuanya pasti terpukul. Ternyata memang manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan.

Saya khawatir sekali, orang tua saya di Padang, Abang saya dan istrinya di Padang, Cece saya dan suaminya di Jakarta, Uda saya dan istrinya di Lampung, mereka juga hanya berdua saja di rumah. Saya khawatir sekali, Covid-19 sangat berbahaya untuk orang tua, saya khawatir sekali, semoga orang tua saya, mertua saya, seluruh orang tua di dunia ini baik-baik saja.

Saya sedih sekali, melihat banyaknya tenaga medis yang gugur karena kurangnya APD saat merawat pasien Covid-19.

Saya sedih sekali, setiap hari semakin bertambah korban Covid-19 di Indonesia yang meninggal.

Saya sedih sekali, mendengar orang-orang yang saya kenal tiba-tiba meninggal.

Saya sedih sekali, membaca dan melihat proses pemakaman korban Covid-19.

Saya khawatir sekali, Ramadhan dan Idul Fitri masih dipenuhi kekhawatiran pandemi ini.

Saya khawatir sekali, tiba-tiba saya atau suami saya tidak terbangun lagi setelah tidur.

Begitu banyak kekhawatiran dan kesedihan yang ternyata tidak saya sadari sebelum mengetik tulisan ini. Tiba-tiba saya menangis setelah mengetik ini, sesak di dada saya sedikit berkurang. Saya berharap, setelah menuangkan beban fikiran ini, bisa kembali memperbaiki jam tidur saya, juga mood saya.

Semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita semua bisa bepergian keluar rumah tanpa ada rasa khawatir lagi. Aamiin.


-SR-
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...